RESENSI BUKU: Ketegangan Politik Syi’ah-Sunni di Timur Tengah
RESENSI BUKU
Judul buku : Ketegangan
Politik Syi’ah-Sunni di Timur Tengah
Penulis : Ahmad Sahide
Penerbit : The
Phinisi Press Yogyakarta
Tahun Terbit : 2013
ISBN :
978-602-98163-8-9
Ketebalan Buku : 121 Halaman
Buku
ini menjelaskan problematika yang terjadi antara Syi’ah dan Sunni sepeninggal Rasulullah
SAW hingga perkembangan politik kontemporer. Dalam buku ini menjelaskan bahwa
Rasulullah SAW tidak mewasiatkan kepada siapa kursi kepimpinan (khalifah)
diberikan sepeninggalan beliau. Namun seperti yang sudah kita ketahui sendiri
bahwa yang menjadi Khalifah pertama adalah Khalifah Abu Bakar yang berasal dari
kaum sahabat Rasulullah SAW. Hal ini menyebabkan pertentangan dari simpatisan
Ali bin Abi Thalib yang menginginkan Sayyidina Ali yang menjadi Khalifah.
Terlebih lagi memang di dukung oleh beberapa dalil dari Rasulullah itu sendiri.
Dari
hal ini yang menyebabkan konflik yang berkepanjangan seperti yang dijelaskan
Phillip K. Hitti bahwa tidak adanya pengakuan pada kaum Syi’ah di masa
Abbasiyah padahal kaum Syi’ah itu sendiri ikut mengambil bagian dari
perkembangan masa Abbasiyah. Konflik yang terjadi inilah yang akan dijelaskan
pada buku ini yang akan memberikan informasi dari dialog berupa hasil diskusi
seputar Imamah.
Perkembangan
dari perbedaan yang terjadi sejak dulu ini menyebabkan konflik yang
berkepanjangan sehingga diperlukan pengambilan keputusan pada politik. Melalui
bidang politik ini menyebabkan memperkeruhnya konflik perbedaan antara Syi’ah
dan Sunni. Penulis pun memilih teori konflik sebagi landasan teoritik dalam melihat
konflik.
Konflik
merupakan konsep sosial yang sering dimaknai secara berbeda, dengan makna itu
tersebut memberikan arti yang ambigu. Tetapi sesungguhnya arti kata konflik itu
sendiri bermakna “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai
kepentingan, ide dan lain-lain”. Sedangkan menurut Ibn Khaldun konflik berdasar
dari 3 aspek yaitu psikologis (watak sentiment), fenomena politik, dan fenomena
ekonomi.
Jika
membicarakan konflik antara Syi’ah dan Sunni memang berawal dari sepeninggal
Rasulullah yang tidak menunjuk siapa yang akan mengganti beliau dalam menduduki
kursi kepemimpinan beliau. Walaupun sempat adanya kekecewaan antara Syi’ah
terhadap keputusan dipilihnya Abu Bakar sebagai khalifah namun Ali ikut
bergabung kekhalifahan pada enam bulan kepemimpinan Abu Bakar. Namun tetap saja
adanya sikap sentimentil dari Syi’ah kepada golongan Sunni.
Konflik
ini terus berlanjut ke anak cucu mereka sesuai dengan pandangan dari Esposito
yang penjelaskan terjadinya pemberontakan dari Husain bin Ali di masa pemerintahan
Yazid bin Mu’awiyah. Dari konflik yang berkepanjangan ini membuat perbedaan
ajaran pada golongan Syi’ah dan Sunni, seperti golongan Syiah sudah meragukan
keaslian Al-Qur’an sedangkan dari golongan Sunni telah menyepakati keauntetikan
dari Al-Qur’an dan banyak perbedaan lainnya.
Perbedaan
yang dibangun dari masing-masing golongan menyebabkan Syi’ah membangun dinasti
yang mengganggu pemerintahan Abbasyiah di Cordoba. Kemudian yang menjadi awal
ketegangan antara dua golongan yakni kaum Syi’ah menganggap bahwa sesungguhnya
banyaknya cercaan dan tuduhan yang tidak jelas dari kaum Sunni terhadap mereka.
Dengan adanya sikap sentimentil yang dibangun membuat terjadinya perang dengan
Umayah dimana para Khalifah Fatimiyah mempunyai ambisi untuk menyatukan seluruh
dunia Muslim di bawah kekuasaannya.
Namun
pada tahun 1171 M Fatimiyah mengalami kemunduran dengan beberapa faktor
tertentu. Pasca fatimyah munculnya Hulagu yang ingin menguasai beberapa daerah
yang ada di daratan Persia. Ia memulai ekspansinya dari Amu Darya hingga
perbatasan Suriah kemudian kekuasaannya berlanjut ke penerusnya Mahmud Ghazan
Khan yang menjadikan Islam menjadi agama resmi dinegaranya. Kembali lagi dengan
perbedaan Syi’ah dan Sunni di tubuh Islam membuat terpecahnya negara tersebut.
Konflik
terus berlanjut antara Syi’ah dan Sunni di Iran yang pada akhirnya munculnya
revolusi Islam di Dinasti Safawiyah. Dan sistem kenegaraan Iran modern dibentuk
seperti era Safawiyah.
Di
era modern telah terjadinya revolusi Islam Iran yang mempengaruhi beberapa
negara di Timur-Tengah dimana munculnya kelompok-kelompok anti kemapanan.
Adapun hubungan antara Syi’ah dan Sunni pasca revolusi tersebut membuat kaum
Sunni ingin merangkul kembali kaum Syi’ah. Namun sejatinya konflik antara Syiah
dan Sunni itu sendiri sulit untuk dipudarkan Karen sudah mencakup ke beberapa
aspek yakni ideologis, politik hingga nuansa keagamaan.
Comments
Post a Comment